P2 Review: Mengenal Allah Ta’ala, Nama dan Sifat-Nya

Pengajian 2: Mengenal Allah Ta’ala, Nama dan Sifat-Nya

Pembicara: Akh Andy Octavian Latief

Review

Jika kita ditanya, di antara sekian banyak cabang ilmu Islam, mana yg paling penting untuk diilmui terlebih dahulu? Maka, jawabannya adalah Tauhid, karena ini adalah ajaran yg diwahyukan Allah kepada setiap Nabi dan RasulNya. Adapun syari’at lainnya (seperti fikih shalat, fikih mu’amalah, dll) yg Allah wahyukan kepada mereka itu berbeda-beda.

Tauhid kepada Allah terbagi 2:
1. Mengenal Allah. Point ini mencakup Tauhid Asmaa’ wa Shifaat dan Tauhid Rubuubiyyah.
2. Beribadah kepada Allah. Point ini mencakup Tauhid Uluuhiyyah.

Di antara 2 kategori di atas, maka amat sangat penting bagi seorang muslim untuk memahami point 1 terlebih dahulu, barulah mempelajari point 2. Mengapa?

Karena orang yg paling beribadah dan paling tunduk pada Allah itu adalah orang yg paling mengenal Allah.

Jika seseorang tidak mengenal Allah dengan baik, pasti kehidupannya dipenuhi su’uzhan pada Allah.

Mari kita ambil contoh ilustrasi. Anggaplah anda telah mengenal seseorang dengan baik, panggil saja Bapak A. Anda sudah tahu betul bahwa Bapak A itu sangat bertakwa, beriman, akhlaknya baik, dan adabnya luar biasa. Kemudian, suatu hari, anda melihat Bapak A sedang memegang kerah seorang anak muda dan hendak mmemukulnya. Pertanyaan: Mana orang yg anda akan su’uzhan kepadanya? Bapak A, atau anak muda itu? Tentu si anak muda. Kita akan berpikir, “Apa sih yg dilakukan oleh anak muda itu sehingga Bapak A sampai mau memukulnya?”

Nah, sekarang anggap anda bertemu dengan 2 orang yg keduanya tidak anda kenal. Kemudian, yg satu hendak memukul yg lain. Apa kira-kira yg terlintas dalam benak anda? Anda pasti berpikir, “Itu orang yg mau mukul kok temperamen banget ya. Serem banget. Masalah dikit kok udah mau main pukul aja.”

Maka, demikianlah keadaan orang yg tidak mengenal Allah, tidak mengenal Nama-Nama dan Sifat-SifatNya. Para ulama’ menjelaskan bahwa hampir tidak ada orang di dunia ini yg selamat dari su’uzhan kepada Allah, kecuali mereka yg dirahmati olehNya. Maka lihatlah keadaan kebanyakan manusia saat ini. Diberi hujan dikit, mereka mengeluh, “Yah hujan lagi hujan lagi.” Padahal, mencela hujan sama saja dengan mencela Dzat yg telah mengatur turunnya hujan tersebut. Ketika diberi musibah, mereka mengeluh, “Ya Allah, saya kurangnya apa? Saya sudah shalat, puasa, dll, tapi kok masih diberi musibah kayak ini? Dosa saya apa?”

Maka, semakin kita mengenal Allah, semakin kita jauh dari sikap su’uzhan pada Allah.

Kemudian, banyak di antara kaum muslimin, yg melakukan ibadah, melakukan shalat, puasa, zakat, dll, tapi mereka mengerjakan ibadah2 tersebut hanya utk sekedar menggugurkan kewajiban. Tidak ada perasaan cinta kepada Allah, padahal selama ini dia bernafas, makan, minum, adalah pemberian dari Allah. Tidak ada perasaan takut kepada Allah, padahal selama ini dia telah banyak melakukan hal-hal maksiat atau bahkan kesyirikan yg Allah sangat murkai. Ibadahnya hanya gerakan kosong dan hampa. Tak seperti ketika dia hendak mengerjakan hobinya. Ibadahnya hanya sekedar tradisi, yg telah dia lakukan sejak kecil seperti itu, tanpa penjiwaan, tanpa cinta dan takut pada Allah. Sungguh rugi anak Adam, mereka tidak tahu bahwa letak kebahagiaan yg sesungguhnya adalah ketika dia telah mengenal RabbNya, yg telah menciptakannya, memberinya rizki selama hidupnya, dan yg dia akan kembali kepadaNya nanti, cepat atau lambat.

Leave a comment